![]() |
Notes |
***
"Kak Tasha!"
Aku menoleh. Benar, kan. Fansku berjejer. "Iya?"
"Buat kakak,"
"Makasih,"
"Bukan dari aku, kak. Kalo dari aku ini." Ia mengulurkan sebatang coklat.
"Oh? Lalu ini dari?"
"Katanya nanti kakak tahu kak. Udah ya kak," adik kelas itu lari. Ck, ck. Siapa? Fans? Gak mungkin, mereka pasti langsung memberikannya padaku.
***
Pulang.
Kubuka paket itu.
Notes. ASTAGA, sungguh.
Bukan notes seperti kemarin.
Ini pasti Eric, maksudku Raf.Hey, Tash. I mean, Shara.
Okay, I don't know how to talk with you, so I give it by our junior.
At all. I don't know, I don't know! First, I want to give you know. Yeah, I think you can guess.
I just wanna make sensation.
Aku berhenti membacanya. Benar, kan?! Aku melanjutkan membaca.
Don't angry. Okay, it's at first. Then I
know you, is my old best friend, I want you know...
Kosong? Mana lanjutannya? Aku membalik lembarannya. Kosong. Hanya segitu? Kubalik lagi. Kubalik terus, sampai mataku menangkap tulisan.
I love you.
Whu-whow. Jantungku- Entah mengapa- berdetak cepat.
Oke Shara, kamu menemukan tulisan tadi
kan? Kali ini aku tulus, sweetie. Aku tidak menulisnya untuk membuat sensasi,
you must trust me. I don't know why, but I love you. Sejak kita bersahabat,
Manis. Yeah, that's all.
With my heart, Raf
PS. Or you can call me Eric, if you
want.
PSS. Sorry, it isn't the Louise
Notes.
PSSS. 're you want I go from 'ur life?
You must choose: let me go from ur life or meet me now. If you choose the
first, don't go, don't meet me. But if no...
Meet me on 'A Little' Cafe. Now on! I
wait you.
Sekarang? Dia serius?
***
Yang mana yang kupilih?
Entahlah.
Aku tidak berdandan. Kukenakan kaus putih dan celana jeans, itu saja.
Itu dia. Aku segera duduk di hadapannya.
"So...?"
"Not at two." Aku mengangkat bahu.
Pelayan kafe mendekat. "Ada yang bisa saya bantu?"
"Segelas caramel macchiato." jawabku singkat.
"Samakan saja." ujar Raf.
"Baiklah, silahkan tunggu,"
Raf menatapku.
"Kau harus memilih, Natasha." desisnya pelan.
Aku balas menatapnya. "Apa yang kamu harapkan?"
"Kamu sudah datang ke sini. Berarti kamu akan mempertahankanku dalam hidupmu, kan, Sha-sha?"
Ah, ah. Sha-sha. Sudah lama sekali aku tidak
mendengarnya.
Raf memandangku penuh harap.
Aku balik menatapnya serius, dan tersenyum. "Benar, Eric. Dan aku tidak akan
membiarkanmu pergi lagi."
"Thanks," Raf tersenyum manis dan menyelipkan jemarinya pada jemariku. Kami saling pandang dan melempar senyum satu sama lain.
Senyum penuh
arti: aku tak akan melepaskanmu lagi.
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan dikomentari... ^_^