Frenemies Karya L
“Kriing.. Kriing.. Kriing..
"Apa sih, berisik banget,” pikir Marina.
Marina kembali melanjutkan tidurnya.
Kriing.. Kriing.. Kriing..
Iih, apaan sih? Gue udah enak-enak tidur, nih berisik banget dah.” Marina kesal, karena ia sendiri kemarin tidak memasang alarm.
Kriing.. Kriing..
Tiba-tiba alarm itu mati.
“Eh, Tania! Iya?” Marina kaget. Ia lupa
kalau hari ini ia bertugas doa, dan pastinya ia tidak boleh terlambat.
“Iya kak! Cepet mandi, nanti Kakak telat
loh,” adiknya mengingatkan.
“Iya deh dek,” Marina menjawab dengan
bernada mengantuk.
Sebenarnya, Marina kemarin malam tidak bisa
tidur, karena masih teringat pada masalah Cervinna dan kawan-kawannya itu. Tantangan
apa yang harus ia lakukan pada hari ini, apakah ia bisa melakukannya, hal
seperti itulah yang masih menyangkut di benaknya.
***
Sekolah, 09.00
“Eh temen-temen, liat deh. Tuh dia udah dateng,”
seru Cervinna.
“Siapa?” tanya Rafirra.
“Itu tuh, yang tadi telat… hahaha masa
petugas doa telat sih? Ditelat-telatin biar makin malu gitu? Hahaha,” kata
Cervinna dengan girang.
“Hai,” sapa Marina.
“Eh elo, tumben ya telat. Lo kan biasanya
dateng duluan. Apa lo takut sama tantangan hari ini, gitu?” Cervinna meledek.
“Nggak, gue telat karena, ya kemaren gue
pulang malem, ada acara keluarga kemaren soalnya,” jawab Marina.
“Yaudah deh, kita mulai aja. Hal pertama,
lo harus berani nembak cowo gue. Gapapa, gue cuma mau tau aja lo berani ga kaya
gitu. Pokoknya pulang sekolah lo langsung nembak dia. Kalo diterima, oke lo
boleh back, kalo ditolak…you failed. Inget! Lo harus nembak cowok
gue yang KETIGA.” Cervinna menjelaskan.
“Yang ketiga? Siapa dia?” Marina bertanya.
“Kepo deh anda. Orangnya bukan yang dulu.” jawab
Octavy.
“Udah, cukup? Oke. Yang kedua apa Ra?”
tanya Cervinna.
“Mmm.. gini. Dulu kita suka main di sana
kan, deket tebing itu? Nah, lo hari ini harus ..” Rafirra berpikir-pikir. “Oh nggak! Gini-gini. Yang gampang aja deh.
Ini ga seserius Cervinna. Lo isengin satu cowok nakal di kelas lo. Itu aja,”
kata Rafirra.
“Hmm, Ra, kayanya lo kemaren ga bilang kaya
gini deh,” Cervinna berkata dengan muka masam.
“Udah ah, biarin,” Rafirra berkata dengan
tegas. Rafirra sengaja membuat tantangan yang
gampang, karena sebenarnya ia tidak mau menguji Marina. Saat bermusuhanpun, ia
sebenarnya tidak mau ikut-ikutan, hanya demi persahabatan saja dia asal menurut
yang lainnya.
“Yang ketiga itu dari Octavy. Katanya, dia
mau lo jelekin hasil ulangan lo, kan katanya hari ini ada ulangan IPS kan?”
Cervinna bertanya kepada Octavy.
“Ehm… ga jadi deh. Bukan itu Cer. Gini aja,
Mar, lo coba bergaya alay disekitar anak-anak cewek. Simple kan?” kata Octavy.
Kalau dilihat dari tantangannya, rupanya
Rafirra dan Octavy lebih memberi tantangan simple.
Kalau Cervinna tidak, karena seperti inilah yang terjadi sesungguhnya, pacar
Cervinna yang kedua pernah ditembak Marina, dan akhirnya setelah tujuh bulan menjadi
pacar Marina, hubungan Marina dengan dia putus. Bukannya Cervinna bisa jadian
lagi, malah laki-laki itu mencari perempuan lain.
Marina pun bergaya alay ditengah
teman-teman perempuannya.
Gaya-gaya itu dianggap biasa saja, tapi
melihat itu Octavy sudah puas. Untuk tantangan Rafirra, begini,
Plak!
“Sapa sih?”
tanya Tommy dalam hati.
Tidak ada
jawaban atau seorangpun disitu.
Plak!
“Marina!
Ngapain lo…” tanya Tommy lagi.
“Hehe..”
Marina hanya tertawa dan keluar.
“Apa
banget sih lo, gatau adat banget.. Sok kuat lo, cih..” Tommy berkata dalam
hati.
Marina
sudah pergi dengan muka ceria.
***
Pulang
sekolah.
“Marina
lo masih belom nembak dia? Cepet sonoh nembak.” kata Cervinna kesal.
“Gini,
Cer. Gue tau kenapa lo musuhin gue. Hal yang sama. Jadi, gue gak mau lakuin,
nanti lo
makin marah.
Gue tau itu,” kata Marina jujur.
“Umm.
Oke. Gue rundingin dulu ya.” kata Cervinna.
***
“Udah,
begini. Lo udah berhasil ngejalanin semua tantangan dari kita bertiga. Buat
tantangan
yang dari gue, itu gue cuman mau nguji lo. Lo masih inget, apa lupa. Baguslah,
lo
inget. Dan lo boleh banget, balik lagi ke
sini, ke sahabat-sahabat lo, ke bestie-bestie
lo yang selalu menerima lo kapanpun lo butuh. Welcome back!” Cervinna tersenyum.
“Hahahaha emang ga enak musuhan, enakan
temenan. Udah yoo kita pulang bareng naik angkot!” ajak Octavy.
Dan mereka pun kembali bersahabat, seperti
sediakala.
The End
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan dikomentari... ^_^