On Trip
Karya R
Sepanjang perjalanan menuju tahun baru, aku melihat begitu banyak peristiwa baru...
"Cepat, cepat, kita hampir terlambat!"
"Pelankan pekikanmu, Ka," dengusku, "Aku sedang bersiap."
"Kamu terlalu banyak berdandan! Ayolah, cepat Sa,"
"Ck. Memangnya kamu? Pergi tanpa penampilan layak." ucapku lagi. Kesal. Kan cewek sudah sepantasnya berdandan. Kenapa malah dicela?
"Ah sudahlah. Ayo cepat! Lama!" Alika menarik tanganku. Ish, dasar anak ini. Begitu tidak sabar dan menyebalkan!
Kami mengeratkan jaket --mengingat jam sudah menunjukkan pukul 7 malam-- dan berjalan menuju depan rumah. Rumah kami di pinggir jalan raya. Terkadang suara berisik kendaraan menggangguku, tapi sebetulnya letak rumah ini memudahkan kamu sekeluarga.
Sebuah angkot lewat di depan kami dan Alika menyetopnya. Aku mengikutinya masuk ke dalam angkot itu. Ada beberapa orang dalam angkot memandangi kami. Mungkin heran karena aku si feminim berjalan dengan si tomboy dan wajah kami sama.
Oh, ya, tentu saja, aku dan Alika adalah saudara kembar. Identik, bisa dibilang. Haha. Konyol memang karena kami cukup berbeda. Aku senang berdandan dan memerhatikan dengan sungguh penampilan, sedang Alika boyish dan berantakan. Lihat saja sendiri.
Angkot sedang berjalan dan aku menatap keluar jendela. Jalan raya ramai. Mungkin karena ini malam tahun baru dan orang-orang ingin merayakannya dengan hangout bersama? Aku tidak tahu.
Aku melihat sepasang kekasih yang ceweknya mengeluh sambil memegangi sepatunya yang sudah lumayan kusam. Mungkin mengeluh meminta yang baru? Pemandangan sudah berganti. Seorang anak merengek pada ibunya dan ibunya seolah membujuknya. Apa anak itu ingin barang baru dan ibunya bilang yang masih lama bisa dipakai? Haha, pikiranku selalu tentang baru sebab ini malam tahun baru.
Aku memikirkan keadaan keluargaku selama ini. Kami keluarga biasa, tidak bisa dibilang kaya atau miskin. Barang-barangku harus dipakai sampai rusak, kadang ada barang yang harus dipakai bersama-sama Alika semisal komputer. Saat tahun baru biasanya kami berkumpul, tapi--
"Ayo, Sa!"
Oh, sudah sampai. Kami turun dari angkot dan masuk ke halte bus Transjakarta. Seperti biasa Alika yang membeli tiket dan aku hanya mengekor.
"Yuk," ajaknya dan menarik tanganku. Kami beruntung, bus ada dan masih ada dua tempat duduk. Pas untuk kami berdua.
Yah, memang ramai sekali keadaannya. Kami memang beruntung karena berikutnya beberapa orang masuk dan mereka tidak mendapat tempat untuk duduk.
Bus mulai berjalan. Beberapa orang yang berdiri mulai kewalahan menjaga keseimbangan. Mataku menemukan seorang ibu dengan dua orang anak yang berdiri tidak jauh dariku. Satu anaknya balita 3 tahun dan satunya anak berusia 8 tahun.
"Bu, duduk saja," tawarku kasihan. Ibu itu menolak. Aku membujuknya, tapi dia tetap menolak. Ya sudah. Aku mengangguk maklum.
Aku seperti biasa mulai memandangi keluar jendela. Petasan terdengar samar. Jalanan ramai, sedikit macet. Hmm. Ini malam tahun baru yang teraneh rasanya. Karena...
Wush, mendadak bus terhenti. Aku mengelus dada kaget karena mendadak. Menaiki transjakarta memang bukan hal yang baru bagiku, tapi kali ini baru dan berbeda karena aku hanya bersama Alika. Biasanya...
Astaga, apa itu? Ini pertama kali aku melihat kecelakaan secara langsung! Entah bagaimana, yang jelas aku melihat sebuah mobil ringsek dan terbakar.
Tapi bus terus dan tetap melaju. Membuatku dan penumpang lain heran. Oh rupanya para polisi sudah bersiaga dan menyuruh kendaraan terus melaju. Janggal karena aku tak pernah merasakan ini.
Kulirik jam tanganku. Pukul 19:51. Oh, sudah cukup lama juga ternyata perjalanan ini. Kami harus tiba pukul 20.30, padahal.
"Lika," panggilku dengan nada rendah. Alika menoleh.
"Kenapa?"
"Udah jam segini," Aku memperlihatkan jam. Alika mengendikkan bahu.
"Kita, aku yakin bahkan bisa tiba 15 menit lebih awal,"
"Ya sudah." tanggapku. Kembali menatap keluar jendela.
Oh, dunia tidak pernah semengagumkan ini. Atau karna aku sudah tak melihatnya selama beberapa bulan? Ah, entahlah. Ini menakjubkan. Padahal aku baru saja tak keluar rumah selama beberapa bulan dan--
Oh, oke, ya, aku memang sudah tak keluar rumah selama beberapa bulan. Kenapa? Karena sesuatu yang menyedihkan.
Ah, sudahlah.
Banyak gedung menjulang di kanan-kiri jalan. jalan bus memelan, oh, sudah keluar dari tol.
Aku mengalihkan pandanganku lagi-lagi keluar jendela. Ada sebuah rumah sakit yang kokoh berdiri. Dari dalamnya beberapa orang keluar-masuk. Ada satu pemandangan yang menyentuh.
Bus berhenti karena lampu merah. Di luar rumah sakit itu, aku melihat seseorang yang membantu orang yang kelihatan sungguh tidak dikenalnya.
Itu mengharukan karna kukira dunia hanya berisi kejahatan sekarang.
Sungguh, ini hal baru lagi.
Pikiranku melayang ke masa dulu. Dulu saat kami terus-terusan dijahati oleh teman-teman kami. Ya, kami. Aku dan Alika.
Mereka mengejek kami, karna fitnah. Mendorong kami. Bahkan tidak ada yang membantu kami. Saat itulah kami saling membantu. Dan kami bisa tumbuh dengan yah... Normal.
Oke, sedikit kurang normal, sebenarnya. Karena kami tidak didampingi orangtua kami.
Yaya, kami yatim-piatu. Sudahlah. Aku malah sedih rasanya dengan semua ini.
Kau tahukah? Dulu, pada akhirnya waktu aku dan Alika SMA, kami berhasil mendapatkan sahabat yang sungguh tulus. Baik. Benar-benar baik dan tulus, hingga kami menganggapnya saudara kandung.
Namun beberapa bulan yang lalu, tepatnya bulan Agustus, saudara kami itu pulang. Atau lebih tepatnya pergi...
Selama-lamanya.
Itu kesedihan pertamaku. Dan Alika, tentunya. Kesedihan pertama kami ada di tahun 2013. Sungguh, aku dan Alika sangat sedih. Sewaktu orangtua kami meninggal, kami masih kecil, tidak mengerti, dan tidak melihat langsung. Tapi saat sahabat dan saudara kami ini...
Yah, inilah yang menyebabkan aku mengurung diri berbulan-bulan di rumah. Alika yang mengurus semuanya. Dia saudara yang baik, ya, Alika. Dia sangat tegar dan aku kagum padanya.
Memang patut dikagumi.
Aku menghela napas panjang saat kusadari kami sudah sampai di pemberhentian Transjakarta tujuan kami. Segera aku dan Alika bangkit. Kami menapaki anak-anak tangga yang sudah menyambut kami dan menyebrang.
Dari atas jembatan, aku melihat keramaian ibukota. Ini baru. Aku tidak pernah menyebrang dengan jembatan pada malam hari. Ternyata...
Indah.
Kesan yang kudapat.
Aku mengikuti Alika menaiki angkutan umum. Dia yang mengetahui semuanya. Dan aku si kuper yang tak tahu apa-apa. Haha.
"Sebentar lagi kita sampai," ucap Alika padaku. Aku mengangguk paham.
"Lika..."
"Ya?"
"Makasih ya."
"Buat?" Alisnya menyatu.
"Makasih aja." ucapku tersenyum. Baru lagi. Pertama kali aku berterimakasih pada Alika. Dia kakak kembarku sekaligus panutanku.
Alika mengendikkan bahu tak peduli. Aku tersenyum. Emang Alika banget.
"Sudah sampai,"
Aku melirik jam. 20:15. Wow, tepat sekali!
Kami turun dari angkot dan Alika menarik tanganku. "Yuk," Kami memasuki sebuah rumah. Lumayan besar. Ini rumah teman Alika.
"Hoh, Alika!" Seseorang memanggil Alika. Aku dan Alika menoleh.
"Oh, ini ya kembaranmu, Ka?"
Alika mengangguk. Aku tersenyum pada teman Alika itu.
"Ini Tika, pemilik rumah ini Sa,"
"Oh," Aku sedikit membungkuk pada Tika.
"Udah ah, yuk!" Tika menarik tanganku dan Alika. Kenapa semua jadi suka tarik-menarik begini?
***
Kami masuk ke sebuah ruangan yang sudah ramai. Teman-teman Alika mendekati kami seolah kami adalah bintang. Mungkin karena aku berada di samping Alika?
"Hai, gue Ario. Pacar Alika. Alika sering cerita tentang lo,"
Wow. Alika punya pacar? Aku menoleh pada Alika. Dia mendengus kesal.
"Ar, berhenti deh ngaku-ngaku jadi pacar gue,"
Lagi-lagi baru untukku saat semua orang menyoraki Ario. Dan baru untukku mendengar Alika kembaranku yang tomboy dikejar-kejar.
Dan ini juga baru untukku... Bercengkrama bersama. Bersama-sama. Sudah lama aku tidak keluar dan mengalami kehidupan sosial ini...
Aku melihat-lihat sekeliling ruangan. Tiba-tiba mataku menangkap seseorang di pojok ruangan. Cowok. Dan bagiku... Dia...
Mengagumkan.
Dia menoleh dan tersenyum padaku. Oh astaga, hatiku mencelus. Luluh.
Jatuh cinta pertama: 2013.
Baru untukku! Lagi!
***
11:57 PM
"TIGA MENIT LAGI!" Seseorang memekik. Oh, si tuan rumah, Tika.
Semua bersorak.
"Kita countdown ya!" ucap si tuan rumah lagi. Semua menyetujui. Aku tersenyum. Lagi-lagi, baru untukku.
Beberapa menit berlalu dengan cepat.
"Semua, mulai!" aba Tika.
"10!
9!
8!
7!
6!
5!
4!
3!
2!
1!!!" Beberapa orang meniup terompet. Baru lagi bagiku.
Ini pergantian tahun 2013 ke 2014 paling berkesan bagiku. Pertama kali merayakan bersama-sama orang lain selain Alika.
Semua mulai bersama dan berdansa. Hah, dansa. Haha. Aku melihat Alika berdansa dan...
Wow. Aku ingin tertawa karena dansaku pasti lebih baik darinya. Kekeke. Tapi kusadari aku tak punya pasangan untuk berdansa atau sekadar mengobrol. Aku menghela napas panjang, tapi bibirku mengulas senyum.
Banyak hal pertama kali di tahun 2013. Hal buruk dan hal baik. Hal yang buruk, aku akan coba lupakan dan menjadikannya pengalaman. Hal yang baik... Akan selalu kukenang.
Sepasang kekasih. Anak dan ibunya. Ibu yang menolak tawaranku. Kecelakaan mobil di tol. Seseorang yang membantu orang yang tak dikenalnya. Mengingat kesedihan pertama 2013-ku. Berterimakasih pada Alika. Mengetahui Alika dikagumi. Jatuh cinat pertama kali. Countdown bersama orang-orang lain...
"Hai. Alisa kan? Kembarannya Alika?"
OH GOD. Cowok tadi yang tersenyum padaku.
Ini aku Alisa yang baru. Baru di tahun 2014. Segala hal sepanjang perjalanan tadi sungguh membuatku merasa... Ini malam tahun baru paling berkesan. Perjalanan menuju tahun baru yang paling berkesan.
"Mau bareng?"
The End
Another story on project: L's Frozen Peace
Note:
SELAMAT TAHUN BARU 2014!!!
Terimakasih telah membaca cerpen abal-abal ini. Ini dibuat secara kebut-kebutan dan dengan buntu ide. Agar bisa memenuhi proyek tahun baru.
Intinya Selamat Tahun Baru 2014! Semoga kita bisa menjadi lebih baik di tahun yang baru. Semuanya tidak harus baru kan. Tapi hal yang buruk gantilah dengan yang baru dan lebih baik. Yang baik, gantilah dengan yang lebih baik!
highlight please >>>2014! Kita harus menjadi lebih baik! Semangat semua!<<< highlight pleaseIntinya semoga project ini bisa bermanfaat. Sekali lagi selamat tahun baru 2014!
-Admin R-
Ahihihihi, baca storynya anget.
BalasHapusDalam dinginnya pergantian tahun, kisah Alika dan saudari kembarnya memang hangat terasa.
Cuma agak bingung dengan kelakuan si-Aku-nya. Gara-gara dilanda kesuraman dia sampe mengurung diri setahun gitu?
Weleeeh... O.O"
Yah, mereka kan yatim piatu sejak kecil. Terus sejak kecil si aku dan saudaranya ngga punya temen, dimusuhin terus. Begitu ada sahabat yang care banget sama mereka, udah deket banget sampe dianggep keluarga sendiri, dan yah, satu-satunya orang yang mengerti mereka, orang itu malah meninggal. Tapi gak setahun kok, cuma beberapa bulan #apa_bedanya Mungkin agak berlebihan ya? Hehe, makasih komentarnya :)
Hapus