The Reason
Karya R
The Reason |
Kamu… Kamu sangat jahat, kamu tahu?
Begitu saja kamu melupakan diriku.
Apa kamu tahu kejahatanmu padaku?
Aku tahu, karena aku merasakan itu karenamu!
***
Dulu kita bermain bersama, di antara pepohonan yang daunnya
tertiup angin dan berguguran. Aku tahu kala itu kita masih belia, masih polos
dan penuh naïf. Ingatkah kamu saat kita mengukir janji di bawah pohon mahoni?
Ingatkah kamu, senyum kita berdua, yang saat itu, sangat
bahagia?
Ingatkah kamu tulisan kita yang merupakan hasil dari
menggores kulit pohon? Yang berkata: kita bersama selamanya?
Dan yang terpenting… Ingatkah kamu, padaku?
Kurasa kamu melupakan semuanya.
Kamu tertawa begitu bahagia bersamanya, tak sadarkah, aku
sangat iri?
Tak sadarkah kamu, aku cemburu?
Tak sadarkah kamu hatiku menjerit tak rela?
Kamu tak pernah menyadarinya.
Dulu kukira kita akan selalu bersama, suka dan duka.
Katakanlah aku gila. Memang, aku memang gila karenamu.
Kamu melupakan semuanya!
Janji kita, mahoni kita, dan….
Cinta kita.
***
Kamu juga harus tahu aku juga gila karena kamu berusaha
melupakanku.
Aku! Kamu mau melupakanku?!
Apa karna aku tak bisa ada di sisimu lagi?
Apa karna kamu tak menginginkanku?
Dan hatiku merasa perih mengingat kemungkinan satu ini:
Apa kamu tak lagi mencintaiku?
Cinta dan cinta… Selalu membuatku gila.
***
“Apa yang kamu mau dariku?”
Apa yang kumau? Tak sadarkah kamu?
“Aku ingin… k- alasanmu.”
Tapi aku tak berani untuk berkata aku menginginkanmu. Tidak,
aku tidak bisa, karna…
“Alasan apa?”
Aku bodoh.
Tentu saja ini salah, sangat salah.
Untuk sebuah alasan, aku memasuki tubuh kembaranku? Saat
kamu dan dia bertengkar?
Tentu kamu tahu aku sudah tiada.
Kamu tahu, aku tak bisa lagi ada di sisimu.
Tapi janji itu?
Ah…
Aku harus memanfaatkan kesempatan berbicara denganmu ini.
“Aku… Aku sebenarnya Vinna, Ren. Aku minta maaf aku
menggunakan tubuh Venna, tapi aku hanya mau mengakui aku memang bodoh karna
masih tak sadar aku tidak bisa lagi ada di sisimu dan menagih janji kita.
Sekarang aku sadar,” dengan tubuh Venna aku menutup mata, lalu membukanya lagi
dan manyaksikan wajahmu semakin terkejut, “Janji itu terpenuhi di hati kita.
Venna gadis baik, dia kembaran dan saudari terbaikku, aku menyayanginya,
sampaikan salamku ya. Jaga dia baik-baik. Dan jangan lupa,” Ya, dengan tubuh
Venna kuhela napas, “Aku, Vinna Alexandra, selalu mencintaimu.”
Aku tahu, kamu sudah tau tentang itu. Tentang aku
mencintaimu. Tapi kukatakan sekali lagi, tak apa kan? Aku tahu, kamu akan selalu
mengingatku. Dan itu membuatku merasa tenang.
Dengan tubuh Venna –lagi-lagi—kupejamkan mata. Aku keluar
dari tubuh saudariku dan melayang. Kulihat pohon mahoni kita, masih kokoh, dan
kutahu janji akan selalu terukir di hati kita.
Dan saat Venna mengerjap, kau menyampaikan salamku dan
bias keterkejutan nampak di wajah Venna, saudariku. Kamu berkata kamu juga
kaget, dan kalian menangis bersama.
Aku tersentuh. Aku tahu kalian mencintaiku.
Dan Rendi, kau sudah tahu kan?
Sekarang aku, Vinna-mu, sudah tenang di alam baru.
Alasanmu yang secara batin kurasakan menyelamatkan jiwaku yang tak tenang.
Alasan yang berbunyi:
“Aku mencintaimu. Kamu punya tempat tersendiri di hatiku.
Aku juga mencintai venna, kalian berdua punya tempat khusus tersendiri di
hatiku. Aku akan menjaga Venna. Dan aku juga akan selalu mengukir janji kita,
mengingatmu, dan mencintaimu, di dalam hatiku.”
THE END
True love never dies....
Note:
Saya update lagi. Kali ini genrenya agak berbeda ya? Maksud saya sedikit campuran fantasi. Ada unsur supranaturalnya, tapi tidak apa kan? Maaf juga jika bahasanya terlalu puitis sehingga malah tidak mirip cerpen.
Terima kasih atas perhatiannya, juga atas kesediaannya membaca. Lebih baik lagi kalau mau berkomentar :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan dikomentari... ^_^