Pindah ke kcrda.blogspot.com | Selamat datang di blog ini. Semoga berguna ^^ Kami tunggu apresiasinya :)

Selasa, 23 April 2013

Sang Diva - Sekuel Silverista - Part 1

Karya R
Sang Diva
Hari ini, aku berdiri disini bersama diam, sepi, dan dingin.
Kemana kehangatan? Dimana kedamaian?
Aku telah mencampakkannya.
Oh ya, hai, aku Sesillia Verista.Mungkin kalian telah mengenalku, tapi sekarang kalian tak mungkin mengenaliku lagi. Aku telah berbeda, jauh berbeda.Bukan pribadi Verista penyuka warna silver yang bertunangan dengan Rafael Arvito yang amat baik, bukan si kembang SMA tukang ngelamun yang bersahabat dengan Adynda Mutiarani. Bukan. Sekali lagi kutegaskan, BUKAN.
Sekarang aku menjelma sebagai seorang pemenang audisi model SANG DIVA yang cantik, elegan, sempurna, tapi kesepian. Ck, ini menyedihkan.
Rafa kesal denganku, aku terlalu mementingkan pekerjaan dan terkesan mengabaikannya. Puncaknya, kami perang mulut dan akhirnya selama dua minggu terakhir kami perang dingin.
Eoh.
Dynda telah kuabaikan jauh lebih parah.
Mengapa?
Maaf, aku sedang tak ingin menceritakannya.
Kupandangi gemerlapan lampu dibawahku, dari ketinggian kesepuluh apartemen milikku.
Aku belum cerita ya, aku telah lulus dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga dengan peringkat cum laude. Sempurna? Ya, seandainya…
Cukup, aku tak mau memikirkannya lagi.
Kembali kutatapi gemerlapan cahaya malam perkotaan, dari apartemen pribadiku ini. Kebetulan, jadwalku sepi dan aku pun keSEPIan.
Sungguh, aku menyesal mengikuti audisi itu. Karenanya, aku kesepian.
Jadwalku padat, tapi relung hati dan jiwaku kosong pun hampa.
Sejak mengikuti audisi model itu, aku menjadi seorang model papan atas. Pantas saja jadwalku sibuk.
“Ting tong,”
Aku menegang. Siapa? Pikirku.
Kubangkit  dari dudukku. Berjalan ke arah pintu, memegang gagangnya, dan membukanya…
Rafa.
Ia langsung masuk dan duduk di sofa ruang tamu.
“Gue mau ngomong,”
Perlahan, aku menengang. “Ya.”
“Dan gue ga pengen ini berakhir dengan perang mulut.”
“Ya.” Mulutku tak dapat mengeluarkan kata lain.
“Gue piker, kita perlu nenangin diri dulu.”
“Ya.”
“Jadi kita perlu rehat sementara dari hubungn kita.”
“Ya.”Tapi kemudian aku tersadar dan tergeragap. “Kenapa?”
“Lo perlu intropeksi diri.” Ucapnya seraya tersenyum agak pahit. “Yah, oke. Bye. Sampe ketemu setelah lo nyadar apa salah lo.”
“Ya.”
Setelah dia keluar dari apartemen pribadiku, aku baru tersadar bahwa aku melakukan suatu kesalahan bodoh yang besar.Kenapa aku selalu bilang ‘ya’?
To Be Continued
NOTE:
Hai semua. Kami membawa sebuah kisah. Sekuel dari cerpen pertama yang dipost disini.
Oke, sampai disini dulu sekuel Silveristanya. Lain kali dilanjutkan. Komentar, seperti biasa, diharapkan. Thanks.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan dikomentari... ^_^