Pindah ke kcrda.blogspot.com | Selamat datang di blog ini. Semoga berguna ^^ Kami tunggu apresiasinya :)

Jumat, 22 Maret 2013

Sebuah Kejujuran

Karya Lisia Oktafiani
Sebuah Kejujuran
 Andi adalah siswa kelas VI di SD Nusa Bangsa. Sehari-hari ia dikenal sebagai sosok yang lincah, baik, sopan dan pandai bergaul.

Pada suatu hari, kelas Andi mendapat ulangan mendadak. Namun, Andi sangat tenang karena semalam ia telah belajar. Dan hasil yang ia dapatkan amat memuaskan. Ia mendapat nilai sempurna, 100.

Sepulang sekolah…

 “Andi!”

“Kenapa, Van?”

“Main futsal yok!”

Andi kebingungan, di satu sisi dia ingin bermain futsal, tetapi besok di kelasnya diadakan ulangan.

“Em, gimana ya bro? Besok kan ada ulangan!”

“Elah, udah, lo kan pinter, ga belajar juga bisa!”

“Ah, elo! Ya udah deh! Yok!”

Sepulang dari bermain ia langsung mandi dan belajar. Ia hanya sempat belajar 30 menit untuk ulangan besok. Karena kelelahan ia pun tertidur di meja belajarnya.

***

Di sekolah…

“Halo bro! Udah belajar?”

“Yoo! Ulangn bab 3 kan?”

“Yee, bukan bro! Bab 4!”

“Elah, bercanda lo!”

“Iya, bab 3! Tapi gue sih ga belajar. Kemaren pulang gue langsung tidur!”

“Anak-anak,” Bu Ria muncul di ambang pintu. Kontan anak-anak langsung ketar-ketir lari ke tempat mereka masing-masing. Bu Ria menggelengkan kepala.

“Kalian sudah siap ulangan?”

“Belum buu!” Dengan kompaknya, satu kelas berteriak.

“Ibu tidak peduli! Kemarin ibu sudah bilang bukan ada ulangan? Ayo, semua masukkan buku kedalam tas!”

Kelas langsung rebut dipenuhi suara kertas dan keluhan anak –anak. Beberapa detik kemudian, suasana sunyi.

“Baik, kalian sudah siap? Oke!” Bu Ria membagikan kertas yang sudah berisi soal. “Kerjakan langsung di kertasnya!” Bu Ria kembali ke meja guru.

Andi kaget bukan kepalang. Ternyata perkataan temannya benar, ulangan bab 4. Dengan perasaan was-was ia menulis jawaban seingatnya.

Beberapa menit kemudian…

“Oke, ibu tinggal dulu!” Bu Ria meninggalkan kelas. Setelah guru mereka berjalan agak jauh, kelas langsung dipenuhi bisik-bisik. Banyak yang malah dengan terang-terangan membuka buku mereka dan menyontek. Sebagian melihat milik teman mereka. Meskipun sedang terdesak, Andi tidak mau menyontek seperti teman-temannya yang lain.

Dua hari kemudian hasilnya dibagikan.

“Andi,”

Andi berjalan ke depan. Memegang kertasnya, ia tersentak. Ia sangat kaget! Ia mendapat nilai 90.

Setelah semuanya dibagikan, Bu Ria berjalan ke tengah kelas. “Kalian tahu?  Ibu tahu bahwa dua hari yang lalu, kalian semua menyontek,”

Terdengar jeritan tertahan dari penjuru kelas.

“Kecuali empat orang. Fira, Annie, Ressa, dan… Andi. Ibu tau semuanya. Bagi ibu, empat orang ini sangat baik karena mereka jujur, tidak mencontek. Dan untuk Andi,” Ucap Bu Ria. “Kamu satu-satunya anak lelaki yang jujur. Terimakasih atas kejujuran kamu. Kalian juga, terimakasih Fira, Ressa, Annie.” Bu Ria tersenyum. “Dan untuk yang menyontek, siap-siap saja kalian ulangan lagi.” ucap Bu Ria ringan sambil menuju meja guru. “Oke, buka bab 5.”

Andi masih dengan tidak konsentrasi membuka bukunya. Ia mendapat 90 tanpa belajar dan menyontek! Menurutnya, itu pencapaian menakjubkan.

Dia menceritakan semua kejadian itu pada ibundanya tersayang. Ibunya mengembangkan senyum dan berkata, “Makanya, kamu harus ngambil hikmah dari kejadian ini,”

“Iya bunda, aku mengerti,” jawab Andi masih dengan wajah berseri.

Sang bunda berucap lagi, masih dengan tersenyum bahagia atas kejujuran anaknya, “Kalau kamu ingin lulus, kamu harus belajar dengan sungguh-sungguh karena sebentar lagi sudah ujian kelulusan.”

“Iya bunda, aku akan inget nasihat bunda.”

***


Sejak kejadian itu, Andi semakin tekun belajar dan pada saat pengumuman kelulusan, Andi lulus dengan nilai tertinggi dan paling memuaskan.

Sambil menerima penghargaan atas kepandaiannya, seraya menyunggingkan senyum Andi membatin, jujur itu benar-benar indah dan berharga.

THE END
NOTE:
Bagaimana readers? Komentar, saran, kritik, silahkan! Diharapkan banget, lho. Oya, yang mau kirim cerpen: klik disini. Terimakasih semua.

8 komentar:

Silahkan dikomentari... ^_^